Sudah 10 Tahun Menua, Kapan Anshorul Ummah Reuni?

"Ayolah, harus ada drama-drama Din Sudiro dulu. Masa pada lembar bola semua, ga ada yang nangkep" Begitu lah kira-kira yang diucapkan salah satu sahabatku dalam Temu Kangen di teras depan kandang bebek salah satu dosen Tazkiya Bogor, Kang Asep Yuda.



Selain tuan rumah, pertemuan yang tak terencana ini juga dihadiri Pak Asep, sahabatku yang ini seorang guru di sekolah swasta yang telah mengajar selama lebih dari 10 tahun. Ada juga Om Aziz, pengusaha yanga seperti mau mulai merintis perjalanan karir politik. Selain itu, ada juga sahabatku Ust Abdu Alifah, bibit akademisi dan cendikiawan muslim, yang saat ini memimpin pesantren An-Nuriyah Cidokom, Rumpin. Pemikiran dan wawasan dunia keislamannya cukup dekat dengan pemikiran tokoh-tokoh muslim progresif, cekep! 

Sayangnya kedatangannya menjelang Maghrib, karna harus menemani mertuanya terlebih dahulu. Ust Abdu tidak banyak berpendapat. Ia malah mempertanyakan keberadaan ku selama ini, haha. Menanyai tempat kerja dan posisiku di tempat kerjaku, asem, ga asik ustadz yang satu ini, haha.

Seperti obrolan di tangkringan laki-laki pada umumnya, pembahasan dalam pertemuan bapak-bapak berjiwa muda itu selalu dimulai dengan hal yang paling dekat dan hangat. Kang Asep menceritakan hal yang melatarbelakangi peternakan bebek yang baru dirintisnya itu. Lalu ia mencoba menguatkan argumennya dengan mengutip ungkapan Bu Sri Mulyani yang bilang "Orang barat itu pada santai, yang bekerja keras itu asetnya" dst.

Pak Asep, sahabatku yang guru MTs di salah satu sekolah swasta di Leuwiliang itu mengungkapkan keresahannya seputar kondisi dunia pendidikan saat ini. Setidaknya kondisi lembaga pendidikan di sekitarnya yang dikenalinya. Seperti ketidak-andalan fasilitas, mentalitas tenaga pengajar dalam mengajar maupun mentalitas murid dalam belajar, kesulitan mengakses informasi penting seputar perkembangan pengetahuan bagi sekolah swasta, dll. Eh, ternyata dia tidak menyinggung bab tunjangan guru atau bab yang berbau uang. Keren juga, Pak Asep ini. 😅

Nah, karena 05 Mei adalah tanggal dimana Kami di wisuda, tepat 10 tahun yang lalu, 05 Mei 2013. Mulailah salah satu dari mereka mempertanyakan reuni angkatan "Ayolah, harus ada drama-drama Din Sudiro dulu. Masa pada lembar bola semua, ga ada yang nangkep" Begitu lah kira-kira yang diucapkan salah satu sahabatku itu dalam Temu Kangen di depan kandang bebek salah satu dosen Tazkiya Bogor, Kang Asep Yuda.

Kenapa jadi Aku yang harus jadi tumbal, haha. Lagipula bukannya Anshorul Ummah (nama angkatan ke-14) ada kepengurusan yang punya peran untuk ngurus hal-hal seperti ini. Dan banyak juga dari temen-temen yang lebih mampu untuk menginisiasi acara semacam ini. Calon Doktor Imam Khumaini, Kyai Muda Andika Yusuf, Ahli Hukum Zainal Abidin, Seniman Kontemporer Dendi Azim, dll. Kapabilitas dan fleksibilitasnya lebih menjanjikan. 

Kalau ditanya pendapatku tentang Reuni, aku akan menjawabnya dengan ungkapan "Likuli maqomin maqolun" bahwa setiap tempat memiliki gagasannya sendiri. Namun Aku perlu menambahkan satu hal setelahnya "....dan setiap gagasan itu ada waktunya". Jadi kalau memang gagasan reuni ini perlu diselenggarakan segera, maka ayok kita dorong temen-temen yang punya kapasitas dan fleksibilitas ini untuk merealisasikannya. 

Terakhir, selamat, kalian sudah 10 tahun lebih tua dari 10 tahun yang lalu. Selamat atas usahanya menjadi orang yang bermanfaat untuk diri sendiri dan selain diri kalian sendiri. Selamat merayakan harlah ke-10 Anshorul Ummah.
Salam.

Kebon Jeruk, 14 Mei 20223
Din Sudiro, 

Komentar