Bukan Sekedar Halalnya Investasi

...

Suatu hari, entah 2022 atau 2021, waktu itu, satu dua kawan sedang asyik ngobrol sambil ngopi sekedar mengisi sore harinya selepas kerja yang cukup melelahkan. 

Diantara mereka sedang menceritakan pengalamannya masing-masing tentang berbagai macam produk investasi, sebagai salah satu instrumen untuk meningkatkan nilai tambah harta yang mereka miliki. Banyak sekali produk investasi yang bertebaran, mulai dari investasi tahan, rumah, kontrakan, saham, dan seterusnya. Tidak lupa, mereka juga menyinggung hukum halal investasi. "Investasi itu, ya, engga haram" kata seorang "Iya, karna prinsipnya sama saja dengan menabung" tambah yang satunya. 

Apa yang mendorong investasi itu dilakukan? Selain karena kebutuhan dasar yang memang semakin rumit. Aku kira keinginan untuk bisa menikmati lebih juga mendorong orang mencari cara memperoleh uang melebihi kebutuhan. Dan salah satu cara itu adalah investasi, ya, dalam bentuk apapun. 

Aku tetap diam selama mereka dalam percakapannya yang asyik itu. Sampai aku membaca hal lain dari percakapan mereka. 
Bahwa bisa dilihat, makin kesini, kehidupan manusia memang akan semakin materialis. Artinya, rasa berkebutuhan manusia akan pemenuhan sandang-pangan-papan yang lebih dari cukup semakin tinggi. Ada sandang, pangan, dan papan dengan kualifikasi yang semakin sulit difahami oleh mereka yang masih bergaji dibawah UMR, eh. Manusia di saat seperti saat ini semakin sulit untuk bisa merasa cukup dengan apa yang (bisa jadi) sebenarnya sudah cukup. 

Tapi, terlepas dari halal-haram sebuah investasi, yang lebih aku khawatirkan adalah bahwa aku akan cenderung terikat dengan sifat fakir akan material dunia, apalagi melihat keterampilan diriku dalam bersyukur yang masih rendah, yang masih mudah "ulap"(silau) dengan gemerlap cahaya taman kota Jakarta. 

Din Sudiro
Kelapa Dua, 28 Maret 2023

Komentar